Integrated Smart and Green Building

INSGREEB

Seminar Sustainable Green Building of Emerging Big Cities in Indonesia

Seminar Sustainable Green Building of Emerging Big Cities in Indonesia

Hari Sabtu (24/10), Integrated Smart and Green Building “Insgreeb” dan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Universitas Gadjah Mada “Ditrenbang UGM” menyelenggarakan Seminar Green Building “Sustainable Green Building of Emerging Big Cities in Indonesia”. Acara yang diselenggarakan di Ruang Sidomukti Wisma MM UGM ini bertujuan untuk memberikan pandangan kepada mahasiswa tentang pentingnya green building di Indonesia dan salah satu penerapannya yang akan dilaksanakan di UGM dalam menuju blue campus.

Foto bersama acara seminar.

Acara yang dibuka oleh bapak Dr. Didi Achari, selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sistem Informasi UGM ini dihadiri oleh 115 mahasiswa yang telah lolos seleksi pendaftaran dari berbagai jurusan dan universitas. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing Fakultas di Universitas Gadjah Mada.

Pada saat sambutan, Direktur Ditrenbang UGM, Bapak Muhammad Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng, memberikan pemantik tentang pentingnya penerapan green building di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa 50% dari total penggunaan energi di Indonesia adalah untuk bangunan. Sebagai kampus dengan kebutuhan energi listrik yang tinggi, UGM perlu menerapkan konsep green building yang pada tanggal 20 Oktober 2013 diperluas menjadi blue campus. Blue campus bukanlah kampus biru yang dulu menjadi sebutan untuk UGM sebagaimana dalam novel karangan Ashadi Siregar, “Cintaku di Kampus Bitu”. Tetapi blue campus adalah salah satu program kelanjutan dari green campus yang menyinergikan pengembangan kampus UGM dengan pengembangan wilayah yang berkelanjutan.

Seminar ini diisi dengan beberapa ahli green building. Pengenalan mengenai green building dan standarnya disampaikan oleh akademisi dan ahli green building dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). bapak Dr. Ir. Totok Seohartanto, DEA. Beliau menyampaikan bahwa terdapat tiga kriteria green building yaitu high performance building yang mencakup penggunaan energi dan air, sustainable value yang mencakup site dan material resources and cycle, serta indoor air quality yang mencakup kenyamanan termal dan akustika. Selain itu, manajemen lingkungan bangunan juga merupakan aspek penting dari green building. Pendekatan green building dapat dilakukan melalui passive design yang dapat diterapkan dalam bangunan baru dan active design yang dapat diterapkan pada bangunan baru dan bangunan lama. Dalam penerapannya, green building memiliki rating tools atau alat bantu untuk mencapai standar yaitu Greenship.

Bapak Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Sc., Ph.D., civitas akademika dari Ditrenbang UGM menyampaikan bahwa green building design ditujukan untuk melakukan penghematan, bukan sekedar menangani krisis energi. Memang dibutuhkan biaya yang lebih besar untuk menerapkan passive design dalam green building, tetapi pemakaiannya akan lebih hemat dari bangunan biasa. Dalam penerapannya, perlu adanya integrasi antar arsitek, monitoring berkelanjutan, serta tetap tidak melupakan keinginan dan aktivitas penghuni dalam green building design. Menurut bapak Jatmika, kendala yang ada saat ini adalah beberapa arsitek yang tidak menguasai konsep green building dan kerja sama antar tim proyek pembangunan yang kurang baik.

Setelah penyampaian dari Bapak Jatmika, Bapak Dr. Ir. Edi Leksono, M.Eng., seorang akademisi dan praktisi dari Institut Teknologi Bandung, menyampaikan tentang sistem monitoring energi. Monitoring energi dalam sebuah bangunan sangat penting karena hal ini akan meningkatkan kesadaran dalam pemakaian energi listrik serja mempermudah pengguna dalam menyusun kebijakan efisiensi energi. Selain itu, monitoring energi yang menggunakan prinsip otomasi bukan hanya menghitung pemakaian energi tetapi juga secara langsung melakukan tindakan penghematan.

Ilmu tentang green building secara umum, langkah desain green building yang dapat dilakukan, serta bagaimana cara monitoring energi suatu bangunan tersebut dapat diintegrasikan. Dalam pengembangan UGM menuju blue campus, Ditrenbang bekerja sama dengan Insgreeb sebagai unit penyelenggara riset yang bergerak pada bidang green building. Ibu Sentagi Sesotya Utami, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku koordinator Insgreeb meyampaikan bahwa Insgreeb adalah badan di bawah Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM dimana mahasiswa memiliki peran yang kuat. Beberapa penelitian mahasiswa terkait green building seperti pada Asrama Kinanti UGM telah dipublikasikan. Penelitian ini tentunya membutuhkan kerja sama antar jurusan, sehingga dunia green building bukan hanya untuk anak Teknik Fisika saja.

Acara ini ditutup dengan pemaparan tantangan oleh ke empat pembicara. Tantangan terbesar dalam pengembangan green building di Indonesia adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kerugian yang diakibatkan jika kita terus menggunakan energi tanpa memikirkan dampak buruknya serta belum terbukanya masyarakat akan manfaat penerapan green building yang akan diperoleh. Di samping itu, kesungguhan antar pemerintah belum terlihat sehingga ada beberapa ketidaksinambungan yang terjadi dalam pengembangan green building di Indonesia. Dokumentasi dalam pembangunan di Indonesia juga belum terstruktur sehingga terdapat kesulitan dalam mencari data pembangunan yang pernah terlaksana. Sebagai mahasiswa, langkah yang dapat kita lakukan selain mengembangkan riset green building adalah memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya penerapan green building.

Categories: Kegiatan

Leave a Reply

Your email address will not be published.